Hari ini, aku menulis lagi. Hari ini, aku kecewa
lagi. Hari ini, aku…… aku…. tetap sendiri.
Beberapa hari yang lalu, aku telah mengungkapkan
perasaanku pada dia. Dia. Dia yang selalu menerimaku apa adanya. Dia yang
selalu ada untukku dikala aku susah dan senang. Dia tidak pernah berhenti
membuatku menyayanginya.
Awalnya aku, menganggap dia tidaklah penting. Aku
hanya menganggap dia hanyalah bagian kecil dari hidupku. Hingga saat itu aku
tetap menganggapnya tidak penting. Padahal waktu itu dia telah menyatakan
perasaannya padaku. Tapi hatiku saat itu masih milik orang lain. Bahkan aku
tidak pernah memikirikan bagaimana perasaannya, aku hanya memikirkan perasaanku
sendiri. Memang benar, jahatnya aku yang melakukan itu. Ya, memang aku ini
bodoh dan jahat sekali padanya. Bahkan aku pernah menyakiti fisiknya.
Tetapi dia, dia tidak pernah marah. Dia tidak pernah
membalas dendam. Aku sungguh malu pada diriku sendiri. Bodohnya aku sebagai
laki-laki yang sudah menyakiti wanita yang tulus menerimaku apa adanya saat itu.
Aku bahkan tidak berfikir bagaimana caraku untuk membalas kebaikan-kebaikannya.
Atau bagaimana cara mengobati hatinya yang telah aku lukai. Tapi ketahuilah,
aku sangat menyesali perbuatanku. Semua yang telah aku lakukan padanya,
hanyalah hal-hal bodoh dan memalukan.
Hingga pada akhirnya, aku menyadari… bahwa dialah
yang terbaik untukku. Dia yang dapat mengerti diriku bagaimanapun keadaanku,
dia selalu mendengarkanku, dia selalu memelukku, menghangatkan diriku dari
dinginnya kesendirian. Dia dapat merubah isi hatiku yang tadinya aku
menganggapnya tidaklah penting, menjadi aku sangat merasa nyaman didekatnya.
Aku seperti merasa… merasa, dirumah.
Dan setelah aku beberapa kali pergi bersamanya,
perasaan ini semaki berkembang saja. Aku mulai perlahan-lahan mencintainya. Aku
rasa aku telah terkena boomerang yang telah aku lemparkan sendiri. Hingga pada
hari itu tiba… lusa lalu tepatnya pada tanggal 28 november aku memberanikan
diri untuk menyatakan perasaanku padanya. Awalnya aku mengira semua akan
terencana dan berjalan sesuai dengan perkiraanku. Dan ternyata, semua tidak
sesuai yang aku fikirkan.. perasaanku tidak terbalaskan, bertepuk sebelah
tangan. Dia memberikanku berbagai alasan, aku bahkan tidak dapat mengerti
alasannya. Aku merasakannya lagi, aku merasakan sakit lagi yang luar biasa. Aku
mencoba dan terus mencoba menahan rasa sakitku. Aku mencoba menahan semuanya
semampuku. Dan aku mencoba menenangkan diriku dan melihat dari dalam diriku apa
yang salah padaku.
Mungkin ini adalah buah yang dulu pernah ku tanam.
Ini mungkin adalah rasa sakit yang pernah dia rasakan dulu saat aku
mengkhianatinya. Aku rasa, Tuhan memberiku rasa sakit ini agar lain kali aku
dapat semakin menghargainya.
Tuhan… aku telah merasakannya, aku mengerti rasa
sakitnya, aku mengerti penderitannya, bagaimana rasanya. Kini aku mengerti
semua, semakin aku mengerti rasa sakit ini, semakin aku malu pada diriku. Tetapi,
perasaan ini tidak akan berubah terhadapnya. Kini aku sadar bahwa aku
benar-benar mencintainya.
Aku jadi teringat kata-kata seseorang yang dulu
menasehatiku, dia berkata “hanya karna itu takdirmu, kau mengunci hatimu untuk
mencari seorang kekasih. Bukankah itu konyol? Maksudku, aku tidak tau apapun
tentang perasaanmu atau yang lainnya, tapi bukankah dia tulus menyayangimu?”
saat itu aku hanya terdiam mendengarnya. Jika saja dia masih ada, mungkin dia
akan menasehatiku lagi.
Sekarang aku punya seorang wanita yang ku cintai,
namanya Indira. Gadis yang dulu pernah aku ceritakan padamu. Tepatnya, saat ini
bertepuk sebelah tangan. Aku tidak tau siapa laki-laki yang dia sukai saat ini.
Dan setiap aku bersamanya dan melihat senyumnya, pada saat itulah senyumnya
paling manis, seperti dirimu. Tidak perlu menjelaskan hal itu. Sebelum aku
sadar, bahwa aku jatuh cinta padanya. Aku tidak akan memaksakan dia untuk
mencintaiku. Jika aku melakukannya, aku tidak ada bedanya dengan seorang
pecundang. Jadi aku sudah membulatkan pikiranku. Aku akan berusaha keras untuk
mengubah isi hatinya, seperti yang sudah dia lakukan padaku. Aku akan melakukan
yang terbaik untuknya. Aku tidak yakin jika aku mengatakan ini semua dengan
jelas, tapi itulah yang ingin aku curahkan pada tulisan ini.
Mulai sekarang aku tidak akan merasa putus asa lagi,
aku tidak akan menjauh darinya lagi. Aku akan terus menjaganya. Tidak ada yang
membuatku bahagia selain dia memilihku suatu hari nanti. Tak apa, selama Indira
senang, aku juga akan senang. Selama ini aku selalu menjatuhkannya, bahkan dia
sendiri selalu mengeluhkan hal itu. Aku begitu bukan karena aku bermaksud
menyakitinya. Tetapi karna aku tau dia itu lebih kuat daripada aku.
Maaf Ren, tapi ini belum berakhir. Sayangnya, aku
telah memberikan hatiku padanya. Meskipun bertepuk sebelah tangan. Dia pernah
kehilangan orang yang dia cintai. Sama seperti diriku. Jadi sekarang, dia
menolak cinta. Aku berjanji untuk menjaganya dan menaruh beban masa depannya di
pundakku. Meskipun tidak ada jaminan bahwa dia akan menerimaku juga, aku tidak
peduli akan hal itu. Aku akan menyelimutinya dengan cinta dan berdoa untuk
kebahagiannya.
No comments:
Post a Comment