Monday, November 15, 2021

シンタ マリャム

28 Agustus 2021

Sebelum pertemuan kami di tanggal itu, aku melakukan pengkhianatan terakhir.

Aku tak percaya aku benar-benar melakukannya.

Kenangan yang kami lalui bersama seperti baru kemarin.

 

16 September 2021

Aku semakin menyadari ketulusannya.

Aku bersamanya sejak saat itu.

 

6 November 2021

Aku sudah tahu kebenarannya.

Aku tak tahu harus bagaimana.

Haruskah aku menerima bahwa itu takdir?

Hujan terus turun.

Aku ingin membalas sakit hatiku tempo hari.

Aku tak di sana saat dia sakit.

Kebahagiaanku perlahan mati bersama waktu.

Aku tak bisa meraih dan mempertahankan…

Kebahagiaan yang kulihat di depanku.

Andai saja…

Aku memohon kepadanya untuk tidak pergi.

Aku telah bersengkongkol dengan diriku untuk membunuh masa laluku.

Jika tidak, aku akan gila.

Namun, kau bilang

Ingin hidup

Bersama laki-laki sepertiku.

Aku meninggalkan Ponorogo dan datang ke Semarang.

Kapan dia menjadi

Orang yang sangat kusayangi?

Dia masih belum terbiasa, tapi sepertinya dia menikmati caraku.

Aku senang melihat garis wajahnya telah melembut.

  

12 November 2021

Hujan semakin deras.

Aku merasa musim dingin sudah tiba.

Dia adalah wanita yang merampas kebahagiaanku…

Yang sangat kubenci hingga ingin ku caci maki.

Tapi dengan semua yang terjadi, aku sungguh jatuh cinta kepadanya.

Dia akan melakukan dosa lagi.

Namun, setelah semua dosa yang dia lakukan selesai,

Aku yakin dia akan menjaga lebih banyak daripada dosa yang dia lakukan dulu.

Aku tak boleh membiarkannya begitu saja.

Aku ingin menjaganya tetap hidup…

Meski harus mengorbankan sesuatu yang berharga.

Selamat tinggal…

Untuk wanita kedua…

Yang pernah kucintai.






Thursday, September 17, 2020

The Last

Sesuatu yang baik, pasti sulit diraih!

Begitulah kata kebanyakan orang. Dan aku telah merasakannya sendiri. Aku sendiri merasa setengah mati untuk meluluhkan hatinya. Sudah sekian lama aku mendambakannya, sejak pandangan pertama hingga terakhir aku melihatnya perasaan ini tetap sama. Perasaan ini tak dapat aku pungkiri, aku mengaguminya.

 

Sejak pertama aku berkenalan dengannya, dan setiap aku satu kereta dengannya perasaanku sangat tak terkendali, aku begitu bahagia saat bisa satu kereta dengannya. Entah itu disengaja maupun tidak. Bahkan aku rasanya ingin terus bersamanya, memandangnya melayani penumpang dan melihatnya tertawa, sungguh damai hati ini melihatnya. Aku sangat menantikan saat-saat kereta dari arah wilayah timur datang dan berhenti di stasiunku, berharap dirinya turun menyambut penumpang. Tapi moment-moment seperti itu sangat jarang, terbilang sangat langka. Maka dari itu setiap aku melihatnya di peron atau aku satu kereta dengannya itu adalah moment-moment terindah dalam hidupku. Dan moment terbaikku adalah saat aku satu kereta dengannya ke arah Surabaya, di kereta Bangunkarta. Ya, saat itu adalah moment terbaikku, dimana dia makan disampingku dan berbincang-bincang denganku. Aku sangat rindu moment seperti itu. Bahkan hal bodohpun sempat aku lakukan 2x. Aku mengikutinya hingga ke Malang. Meski respon yang ku dapat tidak begitu baik tapi hatiku sangat senang bisa bersamanya di satu rangkaian. Aku tidak memikirkan kelelahan yang kuderita, aku hanya merasa lega dan senang bisa menemaninya berdinas.

 

Setalah pensiun dari pekerjaan pramugari kereta, aku hampir kehilangan jejaknya. Tapi entah kenapa ada satu moment dimana dia muncul di status handphoneku. Setelah itu aku mencoba untuk menyapa dirinya. Sungguh senang sekali hatiku dapat berkomunikasi dengannya. Tapi di satu moment ada kesalahan yang aku buat hingga membuatnya memblokir nomorku. Tapi sumpah, entah kenapa hatiku berkata bahwa dia akan kembali padaku entah kapan dan bagaimana caranya. Terlihat mustahil bukan? Dia seseorang yang memiliki paras ayu dan punya banyak penggemar, masa akan kembali kepadaku yang notabene tidak ada apa-apanya dibandingkan mereka dan aku juga jauh dari kata menarik. Semenjak komunikasi kami terputus, aku sempat dekat dengan beberapa perempuan. Tapi entah kenapa kadang di hatiku terselibat dirinya. Aku mencoba melupakannya karena aku tidak ingin menyakiti perasaan wanita yang sedang dekat denganku. Tapi semakin aku lupakan, aku makin sulit melupakannya, dan semakin aku biasa saja semakin kadang aku ingat. Apalagi bila aku tau kereta yang biasanya dia dulu berdinas akan datang ke stasiunku, padahal aku tau dirinya tak akan ada, tapi hatiku masih saja bergetar hebat dan menunggu saat keretanya tiba. Aku bahkan sempat mengadu pada Allah, kenapa aku ini sampai seperti ini pada seseorang yang tidak menyukaiku. Lantas aku menguatkan hati bahwa aku harus fokus pada apa yang aku punya. Tapi seiring berjalannya waktu, apa yang aku miliki juga ingin meninggalkanku dengan berbagai alasannya. Aku berdoa pada Allah, apakah ini cobaanku untuk sabar dan terus berjuang atau memang dia bukan yang terbaik untukku menurutNya. Setelah sekian waktu aku berdoa dan berusaha memperbaiki hubunganku entah kenapa aku merelakannya. Aku tidak melarangnya pergi. Aku sangat tidak ingin seseorang terpaksa mencintaiku nantinya. Malam itu juga aku mengakhiri semuanya secara baik-baik. Aku terus berdoa pada Allah agar dikuatkan imanku supaya aku tidak kecewa pada takdirNya dan mempercayai bahwa rencanaNya jauh lebih baik, sepintas muncul kembali ingatanku tentang seseorang yang aku kagumi sejak dulu. Tapi aku sadar bahwa aku sudah di blokir olehnya. Dan kemungkinan itu sangat kecil untuk bisa berkomunikasi dengannya, bahkan hampir tidak ada kesempatan itu. Aku hanya pasrah.

 

Dan benar saja, keesokan harinya dia yang tak henti aku kagumi menghubungiku, duluan! Dia menghubungiku malam hari tapi aku sudah tidur, begitu aku bangun dan melihat handphoneku namanya muncul di kotak pesanku. Aku merasa….. seperti mimpi. Tapi aku sadar ini tidak mimpi. Sungguh aku sangat kegirangan seperti orang gila. Aku bertanya tanya pada Allah, apa maksud semua ini, kenapa dia kembali, kenapa dia sampai bisa seperti ini? Apakah ini sebuah pertanda atas doa-doaku selama ini, atau…. Bagaimana? Antusias dalam diriku begitu bergejolak untuk berusaha lebih keras meluluhkan hatinya. Aku sangat menikmati saat-saat berdua berkomunikasi dengannya, mendengar suaranya kembali, aku sangat senang. Hanya saja aku belum melihatnya lagi. Beberapa hari setelah kami berkomunikasi, aku tau dia sedang ada di Yogyakarta, meski sudah 2 hari berlalu aku mencoba untuk mengejarnya kesana. Tapi disaat aku tiba disana, dia telah pulang. Tapi entah kenapa hatiku ingin sekali ketempat asalnya, di Ponorogo. Aku niatkan diriku untuk kesana meski aku tau aku sangat tidak mungkin bertemu dengannya, tapi aku tetap melanjutkan niatku. Minggu, 13 September 2020 pukul 08.00 aku berangkat dari Klaten menuju Ponorogo. Ada harapan besar di hatiku untuk bisa bertemu dengannya, tapi sisi lain aku sangat sadar itu sangat sulit. Begitu aku memasuki wilayah kabupaten Ponorogo, aku senang sekali, hatiku gemetar sama seperti saat aku tau dia akan turun dari sebuah kereta untuk menyambut penumpang. Aku lanjutkan perjalananku menuju tujuan samarku ke rumahnya di daerah Siman. Setibanya aku di daerah sana, aku bertanya pada tiap orang disana apakah mereka tau rumah wanita ini. Hasil yang aku dapat adalah nihil. Aku mencoba menghubunginya namun handphonennya tidak aktif. Pukul 14.30 aku memutuskan untuk pulang setalah beberapa jam aku berpetualang sendiri. Setibaku di rumah nenek, dia menghubungiku. Dan aku masih belum bisa mendapatkan alamatnya. Tapi aku tidak putus asa sama sekali, justru aku semakin giat berusaha untuk meluluhkan hatinya dan berdoa serta lebih taat beribadah pada Allah agar dia menjawab doa-doaku selama ini.

 

Aku belum pernah seperti ini, feelingku begitu kuat padanya. Feelingku pernah tepat sekali, dan akan tepat untuk yang kedua kali. Aku telah menemukan sesuatu yang patut aku perjuangkan. Dan Allah tidak tidur dan tidak tuli. Dia akan melihat usaha dan doa-doa yang aku panjatkan sambil menyebut namanya dalam setiap doa.





Friday, September 4, 2020

God's Will

Ada kalanya, saat peran kita akan terbalik.

Hal itu yang pernah terucap keluar dari mulutku pada seseorang.

Dan aku merasakan itu.

Dimana peran manusia terbalik.

Saat aku menyakiti, aku akan disakiti.

Saat aku pergi, aku akan ditinggalkan.

Saat aku sabar, aku akan sadar.

Sadar akan jawaban yang di berikan oleh waktu.

 

Mengikhlaskan.

Seseorang berkata, jika lelah menunggu, ikhlaskan.

Karena pada akhirnya, ikhlas bukan untuk orang lain.

Bukan untuk melindungi orang lain.

Bukan untuk menyenangkan orang lain.

Melainkan demi kebaikan dirimu sendiri.

 

Luka.

Saat kepergianmu, meninggalkan segala bentuk kekecewaan.

Pantaskah aku tetap bertahan demi sebuah mimpi di masa depan.

Meski aku tau aku akan terluka.

Meski aku tau akan berujung duka.

Namun hatiku tetap menikmati luka.

 

Pengorbanan.

Segala bentuk pengorbanan yang terlihat ataupun tidak.

Yang memiliki nilai atau tidak di matamu.

Tetesan keringat, tarikan nafas, sekujur tubuh yang tak nyaman.

Dapatkah kau melihat itu semua?

Bisakah engkau merasakan itu semua?

Haruskah aku mengejar seseorang yang memiliki tekad kuat meninggalkanku?

Meskipun aku berhasil mendapatkan kembali.

Apakah aku akan hidup dalam cinta yang penuh dengan pengejaran?

Dapatkah kau mengajariku cara merelakan tanpa harus membenci?

 

Hidup dan berjuang sekali lagi.

Wahai kamu, aku sendiri merasa.

Kalau sebaiknya aku tak pernah terlahirkan ke dunia ini.

Dengan keberadaanku saja, dunia sudah membenciku.

Aku, kalau bisa memberikan kebahagiaan pada beberapa orang saja.

Aku rela mengorbankan nyawaku.

Tapi, saat itu aku punya harapan di dalam hatiku.

Jika, aku diberi kesempatan untuk berjuang kembali.

Saat itu pasti, aku akan berjuang demi apa yang aku yakini.

 

Keinginan hati.

Sekarang aku jadi mengerti maksud dari, apa yang dilakukannya waktu itu.

Semua orang yang kulihat pasti seperti itu.

Mau itu bir, wanita, atau bahkan kepada Tuhan, keluarga, pemimpin, impian, anak, kekuatan.

Manusia kalau tak dimabuk oleh sesuatu, takkan bisa bertahan hidup di dunia ini.

Manusia itu pasti diperbudak oleh sesuatu.

Akupun juga begitu.

Lalu, kau itu apa?

Saat itu, kenapa… kau meninggalkanku?

Apakah aku tidak pantas menjadi bagian dalam hidupmu?

 

Usai.

Ada saatnya untuk seseorang harus melepaskan sesuatu.

Bukan karena tidak mencintainya.

Tetapi demi menjaga hati kita sendiri.

Agar tidak terluka lagi oleh sikap yang sama.

Dan cerita yang sama.








Wednesday, March 18, 2020

I ADORE YOU


Adore You


Perasaan tak akan pernah bohong.
Jika kamu membaca tulisan ini, kamu sedang membaca perasaan yang coba aku utarakan lewat blog ini. Ketika aku meragukan perasaan apa yang sedang ku alami. Ketika hati kecilku mengaku bahwa aku menyimpan perasaan khusus terhadap seseorang, yang orang itu tidak menyukai mu atau tidak seharusnya kau sukai. Kata orang, cinta tak pernah salah. Tapi, apakah semurni itu yang namanya cinta? Sehingga membuat siapapun dengan bebas menyatakan perasaan kepada siapa saja, bahkan mengabaikan resiko yang mungkin terjadi? Lalu, kenapa ada istilah cinta terlarang kalau cinta ngga pernah salah?

Aku ingin semuanya tetap berjalan seperti ini.
Aku pernah mendengar sebuah kutipan bahwa orang yang mahir menyembunyikan perasaan adalah orang yang sangat perhatian. Entah benar atau tidak, aku hanya ingin tetap berada di posisiku yang sekarang. Di balik sikapku yang tenang selama ini di depanmu, tentu ada rasa yang bergejolak ingin berada di sisimu sedekat-dekatnya, menjadi orang terpenting dalam hidupnya, menjadi laki-laki yang setiap hari kamu sapa. Tapi, aku tau disinilah seharusnya aku berdiri, dengan jarak yang berusaha aku jaga, karena aku tau aku dan kamu sangat sulit untuk bisa bersama.

Aku bukanlah pengecut, tapi aku sadar resikonya terlalu besar.
Demi cinta, seseorang sanggup melakukan segala hal. Demi cinta pula, seseorang berani menyatakan orientasi seksualnya. Namun aku memilih untuk menjadi salah satu dari orang-orang yang memilih untuk diam dan menikmati semuanya. Aku menikmati perhatian yang dia berikan untukku meskti itu hanya sebuah pertanyaan yang tidak penting. Perasaan inilah yang membuat mata dan jariku tak kenal lelah untuk melihat-lihat akun media sosialmu sampai larut malam. Tapi di sisi lain, aku sadar bahwa cinta ini tak bisa di perjuangkan.

Butuh waktu lama untuk aku mengartikan perasaan ini.
Baiklah, mungkin ini bukan cinta. Ini hanya rasa suka, rasa penasaran, rasa nyaman, sebuah ketertarikan yang membuat pikiranku tak bisa terlepas darimu. Aku yakin bahwa kalian yang sedang mengalami ini pun setuju, bahwa hal-hal kecil yang telah dia lakukan sanggup membuatmu terbawa perasaan. Tetap saja, apapun itu, apapun bentuknya, hati tidak dapat berbohong tentang apa yang dirasakan. Berulang kali aku menyangkal, bahkan sedikit menjauh darinya, semakin sulit diabaikan.

Sekarang atau tidak sama sekali.
Aku sendiri bingung apa yang aku rasakan dulu, kemarin dan sekarang kepadamu. Apa ini cinta? Sepertinya bukan. Tapi yang jelas, hatiku merasa berdebar kencang saat aku melihatmu, atau berada di dekatmu. Lalu perasaan apa yang telah bersarang di hatiku sejak lama? Aku sendiripun tidak tau. Terlalu banyak gejolak dan rasa takut di hatiku. Bagiku bisa melihatmu dari kejauhan tanpa kau menyadari hadirku saja, itu sudah cukup. Begitu takutnya aku untuk mendekat, begitu ngerinya aku untuk menyapa, begitu gemetarnya tanganku saat kau melintas di depanku. Aneh, sungguh aneh perasaan ini. Apa ini? Sangat tidak wajar. Aku belum pernah merasakan hal ini sebelumnya. Sangat sulit bagiku mengartikan perasaan ini terhadapmu. Tapi perasaanku mengatakan bahwa aku harus jujur padamu dan mengutarakan semuanya. Ya, aku harus mengatakan ini demi kebaikanku juga.
Aku ingin bersamamu… Menatap wajahmu dikala aku membuka mata di setiap pagi dan malamku. Menemanimu dalam suka maupun duka, melihatmu tersenyum dan cemberut, bersandar manja dipundaku sambil mendengarkan ceritamu, melihatmu tumbuh kian menua bersama. Ya, aku ingin menikah denganmu. Aku ingin menghabiskan hidupku bersamamu bagaimanapun keadaannya nanti. Aku ingin kamu selalu disisiku, melihatku berjuang untuk menghidupi keluarga kecil kita. Aku tidak bisa menjanjikanmu banyak hal, entah kita bisa senang terus atau tidak, entah kita bisa sehat terus atau tidak. Tapi yang jelas, aku dapat berjanji bahwa aku akan jadi laki-laki yang baik untukmu.



F.H

Wednesday, March 11, 2020

A Bond

Ini terjadi lagi, Haque...

Aku sudah berjuang keras, namun tetap saja...
Apakah aku harus membohongi diri sendiri lagi?
Waktu itu adalah kali pertama aku membohongi diri sendiri. Sejak saat itu, aku meyakinkan diriku sendiri kalau aku tidak pernah memiliki pilihan lain. Tapi, jujur saja dampaknya tidak terlalu buruk. Aku dapat kesana kemari dengan mudah. Dan aku tidak perlu khawatir akan hidupku disana. Tapi yang lebih penting, adalah perasaan dibutuhkan oleh orang lain. Untuk pertama kalinya aku hidup demi orang lain. Bagiku, itu adalah sesuatu yg paling berharga. Kemudian, pada hari itu... Aku kembali teringat kalau semua yang dalam hidupku hanyalah kebohongan. Dan sekali lagi, aku berbohong. Aku berbohong demi menyelamatkan dirimu. Akan tetapi, keputusanku ternyata salah besar. Saat itu aku sadar, ini adalah hukuman untukku. Aku dihukum bukan karena telah membohongi semua orang. Tapi karena keyakinanku yang percaya bahwa hidupku dibutuhkan oleh orang lain. Inilah akibatnya karena telah membohongi diri sendiri. Inilah hukumannya. Saat aku membuka mataku, yang pertama kulihat adalah kebebasan yang membentang luas di depan mataku. Kalau memang takdir itu ada, aku hanya bisa tertawa karena takdirku bisa berubah dalam sekejap. Dan saat itu, aku berjanji pada diriku sendiri. Kalau aku tidak akan berbohong lagi. Aku tidak akan membohongi diriku sendiri. Mulai sekarang aku akan hidup sebagai pribadi yang jujur. Kemudian, aku bertemu denganmu. Saat itu aku langsung tahu kalau kau sama denganku. Kalau kau berbohong pada dirimu sendiri. Kau seperti seseorang yang mati-matian meyakinkan diri. Tapi, Haque... Karena itulah aku takkan memintamu untuk memahamiku. Hanya saja, kau memberiku kesempatan terakhir untuk jujur pada diriku sendiri.

Wednesday, October 23, 2019

Just F


Kurang lebih sudah dua tahun ini aku bekerja di Kereta Api. Masih belum begitu banyak yang aku pahami disini, aku harus banyak belajar lagi. Selama aku bekerja disini, sudah 3x aku dipimpin oleh Manager unitku. Yang pertama dan kedua hampir tak ada bedanya, sama-sama membuat beberapa dari kami kesal. Dan yang sekarang, sangat jauh berbeda. Dia bisa menjadi seorang panutan, dia berilmu, dia membela kami yang benar, dia mengajari kami bagaimana caranya bekerja yang benar. Dia tegas, berani dan selalu mempunyai dasar kuat saat berdebat. Aku ingin seperti dia. Pemimpin yang dapat memeluk semua bawahannya. Jujur saja, aku ingin dia lebih lama disini. Tapi aku juga tidak ingin jadi orang jahat yang menahan dia bila ingin kembali ke tempat keluarganya. Selama dia masih disini aku akan terus belajar. Hingga saatnya nanti tiba dia mutasi, aku sudah memiliki cukup bekal ilmu.

Lalu… bekal apa yang harus aku siapkan untuknya? Apa yang harus aku lakukan untuknya? Selama aku bekerja disini, aku sudah berniat untuk segera menemukan perempuan yang pas untukku dan menikah. Tapi nyatanya saat pertama disini aku malah beranjak pada wanita yang salah. Dan yang kedua, mungkin aku yang salah karena telah memilihnya. Dia terlalu baik untukku, sangat baik. Sampai-sampai aku tidak bisa membalas kebaikannya dan merasa gagal. Meski awalnya aku sangat berat untuk melepasnya karena dia wanita yang sangat langka dan aku tidak mempersiapkan diriku untuknya secara matang. Aku menyadari bahwa aku tidak bisa mencintainya seperti dia mencintaiku. Semakin hari aku merasa bersalah bila tetap bersamanya. Aku menyadari aku tak layak untuknya. Biarlah aku dianggap apapun, demi kebaikannya nanti, aku rela di di pandang seperti apapun. Dan bukankah bila seperti itu aku juga sudah terbiasa?

Saat ini, aku ingin mendapatkan seseorang yang ingin aku jadikan teman hidupku. Tapi apakah pilihanku ini benar atau salah? Apa dia bersedia atau tidak aku pilih? Begitu banyak pertanyaan yang ingin aku ajukan pada kehidupan ini. Dan satu hal yang pasti, jawaban itu tidak bisa aku dapatkan secara instan. Semua tergantung diriku, usahaku, doaku dan restu mereka. Tapi keadaan sekarang membalik.
Sepertinya dia melemparku dengan hantaman yang keras. Mungkin sebentar lagi keyakinanku akan hancur. Kalau memang tak ada cara untuk membalikkan keadaan aku akan bersiap-siap menerima kekalahan. Apa mungkin sekarang sudah tak ada gunanya lagi? Sudah aku mencoba 2x pun tetap hasilnya sama. Maksudku, kau mengerti kan? Berapa kalipun kucoba, sepertinya akan sama. Semuanya terasa masuk akal. Kalau aku hanya berdiam diri, suatu saat nanti aku akan hancur melihatnya bersama yang lain. Seseorang harus bertindak, meskipun itu menyusahkan. Supaya aku tak menjadi korban diriku sendiri, diperlukan orang yang bisa mengorbankan dirinya sendiri. “Siapa orang yang sebodoh itu?” Saat aku bertanya seperti itu, aku sadar bahwa akulah orangnya. Tapi, aku tak menyangka akan merasakan hal itu lagi. Saat kupikir-pikir lagi padahal banyak sekali orang-orang seperti itu yang berjuang namun mati. Aku berpikir kalau nasibku pun juga takkan ada bedanya.
Aku takkan bisa mendekatinya. Dan bagaimana kalau aku mundur? Tapi asal aku masih punya keyakinan, masih ada harapan. Bukankah situasinya mengharuskan kita untuk mengambil pilihan semacam itu? Aku kalah telak. Terus terang saja, kupikir hampir tidak ada cara aku mendekatinya.
Adakah caranya?

Yang kau katakan memang benar. Lagipula, sebagian besar usahaku tak membuahkan hasil baik. Kemungkinan aku berakhir sangat besar. Karena itulah, tak ada pilihan selain mempertaruhkan kemungkinan menang  dengan tekad siap kalah terhormat. Dan untuk melakukan itu, aku harus mengorbankan sesuatu. Dibutuhkan penipu ulung yang bisa memberikan kata-kata manis pada hatiku. Kalau bukan aku sendiri orangnya, takkan ada yang bisa. Lalu aku akan berdiri paling depan di hadapannya sebelum mengetahui hasil darinya.
Aku… ingin bersamanya. Aku bisa bertahan sampai sekarang karena percaya hari itu akan datang. Aku percaya… kalau suatu hari nanti bisa mendapatkannya. Berkali-kali aku merasa jika berhenti jauh lebih baik. Meskipun begitu, impian yang kumiliki bersamanya terus muncul dalam pikiranku. Lalu sekarang, jika tangan ini ku ulurkan apa dia akan ku dapatkan? Padahal sudah sampai sejauh ini.
Tuhan sedang mengawasiku. Untuk memastikan hasil dari usaha dan doa yang ku persembahkan. Karna menurutku ini masih belum berakhir. Apa semua mimpi ini hanya berasal dari khayalan kekanak-kanakanku saja? Apa diriku sudah berjuang dengan baik? Tapi berkat tekadku, aku bisa sampai sejauh ini.
Seperti apapun impian dan harapan yang kau miliki, seindah apapun kehidupan yang kalian miliki selama ini, meski perasaan kalian tercerai berai oleh kenyataan, akan tetap sama saja, semua manusia pada akhirnya akan kecewa bila berharap pada manusia. Jika begitu, apa kehidupan itu tidak ada artinya? Apa sejak awal kelahiran manusia tak diizinkan berharap?
Tentu itu tidak benar! Perjuangan kitalah yang memberi arti pada kehidupan orang itu! Itulah satu-satunya cara yang bisa aku gunakan untuk melawan dunia yang kejam ini.
Aku sudah memutuskannya!